JAKARTA – Penulis buku Yusrizal Karana menyerahkan hasil karyanya kepada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (Anies), di Padepokan Antasari, Jakarta, Senin (27/11/23).
Buku berjudul “Anies Baswedan di Mata Orang Minang” itu, diterima Wakil Direktur DPP Anies, Anggun Darani dan Koordinator Wilayah Sumatra Ilham Pisang.
Anggun mengatakan, buku yang ditulis bersama Fauzi Bahar Dt. Nan Sati itu, merupakan sebuah kreatifitas anak negeri yang menulis tentang calon pemimpin nasional masa depan.
“Penulis buku ini memang melihat dari sudut pandang orang Minang terhadap Anies Baswedan,” ujarnya, usai menerima buku itu.
Ia mengatakan, orang Minang memiliki cara tersendiri memilih pemimpinnya. Diantaranya tageh atau semangat yang juga mengandung makna tegas.
“Pak Anies orangnya kan memang tegas. Dengan satu tanda tangan saja, bisnis maksiat bisa berhenti beroperasi,” papar Anggun, merujuk kasus Alexis.
Sementara itu Ilham Pisang mengatakan, buku ini akan dijadikan salah satu bahan kampanye, khususnya bagi orang Minang, baik yang berada di Sumatra Barat maupun di seluruh Tanah Air.
Orang Minang yang dikenal sebagai kaum perantau, juga ingin mengetahui melalui literasi, bagaimana memilih pemimpin untuk tingkat nasional.
“Orang Minang kan bukan saja di Sumatra Barat, tapi menyebar di seluruh Indonesia. Karena itu buku ini bisa menjadi rujukan untuk memilih pemimpin, di kalangan perantau” ungkap Ilham, yang berasal dari Banuhampu, Agam, Sumatra Barat.
Ia mengatakan, dalam waktu dekat, DPP Anies akan membedah buku ini bersama tokoh-tokoh relawan Anies sebagai bentuk apresiasi atas penerbitan buku tersebut.
Buku ini, katanya, sudah tersebar di kalangan simpatisan Anies dan relawan di Sumatra Barat. Karena itu, pihaknya akan menyebarkan buku ini secara masif di kalangan perantau orang Minang di Tanah Air.
Buku ini, katanya, juga sudah diterima oleh calon Presiden Anies Baswedan ketika sedang berkunjung ke Sumatra Barat.
Saat ditanya motivasi Yusrizal Karana menulis buku ini, ia mengatakan masyarakat Minang butuh perubahan. Karena itu ia menulis tentang pandangan orang Minang terhadap Anies Baswedan.
“Kami butuh perubahan, dan ternyata orang Minang satu frekwensi dengan Pak Anies,” tandas anggota PWI Bukittinggi ini. (rls/*)