BUKITTINGGI — Di jantung Sumatera Barat, berdiri Jam Gadang, seperti penjaga waktu yang enggan letih. Ia tidak bicara, tapi ia mencatat. Catatan panjang tentang kota, rakyatnya, dan kini tentang seorang perempuan bernama Kombes Pol. Yessi Kurniati, SIK., MM.
Di balik elegan lanskap Bukittinggi yang memeluk Gunung Marapi dan Singgalang, berdiri sosok perempuan dengan mata tajam, senyum tenang, dan tekad sekeras karang.
Dialah Kapolresta Bukittinggi, wanita pertama berpangkat Komisaris Besar yang memimpin institusi ini. Ironis dan indah, karena Bukittinggi bukan kota sembarangan, di sinilah Polwan pertama Indonesia lahir.
Sebuah lingkar sejarah yang menakjubkan. Seolah waktu sengaja kembali, bukan untuk mengulang, tapi untuk melanjutkan.
“Saya Tidak Pernah Belajar Menyerah”
Di ruang kerjanya yang sederhana namun sarat simbol, Kombes Yessi menyambut dengan senyum bersahaja. Ada foto-foto keluarga, pigura prestasi, dan tentu saja, aura ketegasan yang tidak dibuat-buat.
“Sejak kecil, saya sudah biasa hidup dalam kesederhanaan,” katanya. Suaranya tenang, tapi penuh bobot. Seperti seseorang yang pernah melewati badai, dan tetap bisa menyapa mentari esok hari.
Ia lahir dari pasangan abdi negara, ayah seorang polisi, ibu seorang bidan. Dari keduanya, Yessi kecil menyerap nilai kejujuran, etika, dan ketekunan.
“Saya anak pertama, dan dari kecil sudah terbiasa bantu ibu seusai sekolah, sambil tetap mengaji. Waktu bermain saya tidak banyak, tapi saya tidak menyesalinya. Hidup mengajarkan saya lebih cepat,” kisahnya sambil tersenyum tipis.