Sementara itu, Festival Pamenan Minangkabau yang digelar untuk kedua kalinya oleh Komunitas Seni Hitam Putih hadir dengan warna budaya yang kental.
Didukung oleh dana Indonesiana dari Kementerian Kebudayaan, festival ini mengangkat tema “Padusi di Rumah Gadang”, yang merefleksikan peran sentral perempuan Minangkabau sebagai Limpapeh Rumah nan Gadang dan jantung kebudayaan Minang itu sendiri.
Direktur Festival, Afrizal Harun menyebutkan, “pamenan” dalam konteks Minangkabau bermakna segala sesuatu yang dicintai dan disukai. Nilai itu diwujudkan melalui empat unsur utama, kato (kata), mato (mata), talingo (telinga), dan raso (rasa), yang dihadirkan lewat pertunjukan tari, musik, serta atraksi budaya lainnya.
Sebanyak 20 pamenan akan ditampilkan, didominasi oleh peserta perempuan dari berbagai komunitas. Termasuk kelompok lansia dan organisasi Bundo Kanduang yang akan mempersembahkan Mars Bundo Kanduang.
Festival ini juga menghadirkan halakah budaya, diskusi reflektif yang membahas peran perempuan Minangkabau dari masa lalu hingga masa depan. Tak hanya itu, kolaborasi lintas sektor turut memperkuat acara ini.
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Perkim LH) akan menghadirkan edukasi mitigasi sampah. Sementara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga juga terlibat aktif.
Kurator Festival, Sahrul N menjelaskan konsep pamenan merupakan bagian penting dari identitas budaya Minangkabau. “Segala yang dicintai dan dirawat oleh masyarakat itu bermula dari Rumah Gadang. Dari sana lahir nilai, rasa, dan kehidupan,” ungkapnya. (rls/pdp)