JAKARTA – Di tengah gejolak ekonomi yang melanda Indonesia, berbagai kasus dugaan korupsi kembali mencuat, mengguncang kepercayaan publik. Meskipun pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen untuk memberantas korupsi dan narkoba, kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya.
Catatan redaksi beberapa media mengungkapkan bahwa sejumlah kasus korupsi justru melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dipimpin oleh Erick Tohir.
Salah satu kasus yang paling mencolok adalah dugaan korupsi di PT Pertamina, di mana Kejaksaan Agung berhasil mengungkap praktik korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang.
Kasus ini melibatkan sejumlah pejabat Pertamina dan broker, dengan kerugian negara yang diperkirakan mencapai Rp 193,7 triliun. Modus operandi yang digunakan mencakup manipulasi produksi kilang, mark-up harga, serta transaksi minyak berkualitas rendah yang disamarkan melalui proses blending.
Situasi ini jelas mencabik-cabik hati masyarakat yang tengah berjuang di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
Di sisi lain, Garuda Indonesia juga tidak luput dari sorotan. Kasus pengadaan pesawat dan mesin pesawat yang melibatkan mantan Direktur Utama, Emirsyah Satar, menjadi sorotan publik. Lebih mengejutkan lagi, bocornya daftar gaji karyawan Garuda Indonesia ke media sosial menambah deretan masalah yang dihadapi perusahaan ini.
Dalam daftar tersebut, terungkap bahwa gaji anggota manajemen berkisar antara Rp 25 juta hingga Rp 117 juta per bulan, dengan total mencapai hampir Rp 1 miliar per bulan untuk 14 nama yang tercantum. Hal ini memicu kemarahan publik, terutama di tengah kesulitan ekonomi yang melanda bangsa.