BUKITTINGGI — National Paralympic Committee (NPC) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), menargetkan bakal mengirim sebanyak 100 atlet pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVII yang akan berlangsung di Sumatera Utara dan Aceh pada 2024.
“Insya Allah, target mengirim 100 atlet pada Peparnas XVII Sumatera Utara dan Aceh 2024 tercapai. Saat ini, penjaringan atlet masih kami lakukan,” kata Ketua Umum NPC Sumbar, Arizal Aries, SH kepada wartawan di salah satu hotel di Bukittinggi, Sabtu (11/3/2023) malam.
Menurut Arizal, sejauh ini atlet yang telah siap untuk dikirim mengikuti Peparnas XVII Sumatera Utara dan Aceh 2024, sudah tercatat sebanyak 50 atlet tersebar dari berbagai cabang olahraga (Cabor) yang akan dipertandingkan.
“Sebanyak 50 atlet yang telah siap bertanding pada Peparnas XVII Sumatera Utara dan Aceh 2024 ini, rutin terus mengikuti latihan meski menggunakan dana pribadi,” ungkapnya.
“Untuk kawan media ketahui, di 2023 kami dari NPC Sumbar tidak dapat bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, sehingga dalam pembinaan atlet bakal bertanding di Peparnas XVII Sumatera Utara dan Aceh 2024, terpaksa menggunakan dana pribadi dari masing-masing atlet,” tuturnya.
Arizal menegaskan, target mengirim sebanyak 100 atlet berlaga di Peparnas XVII Sumatera Utara dan Aceh 2024 mendatang, diyakini mampu NPC Sumbar bawa semuanya mengingat jarak tempuh yang tidak begitu jauh, jika dibandingkan sewaktu Perpanas XVI Papua 2021 lalu.
“Bila mana dana yang dialokasikan pada 2024 nanti kurang mencukupi, target 100 atlet itu tetap kita kirim bertanding di Peparnas XVII Sumatera Utara dan Aceh 2024, meskipun berangkat menggunakan jalan darat,” papar Arizal.
Disampaikan, pada Peparnas XVII Sumatera Utara dan Aceh 2024, NPC Sumbar bertekad untuk kembali bisa membawa mendali pulang, sama halnya seperti di Perpanas XVI Papua 2021 lalu.
“Dalam pertandingan kalah menang itu hal biasa. Kita dari NPC Sumbar tentunya tetap menargetkan membawa mendali pulang. Pada Peparnas XVII Sumatera Utara dan Aceh 2024 terdapat 13 cabor yang dipertandingkan,” tambah putra Kuranji, Kota Padang ini.
Sebagaima diketahui, Paralimpik atau paralympic berasal dari Bahasa Yunani. Para artinya “di samping” atau “bersama” ditambah kata olympic. Penggunaan kata “paralimpik” sendiri mengacu kepada hasil kesepakatan Sidang Umum Komite Paralimpik Internasional (IPC) di Bonn, Jerman, 18 November 2005 silam. Disebutkan bahwa kata “paralimpik” digunakan sebagai istilah resmi untuk event olahraga penyandang disabilitas.
Dalam sebuah kegiatan internasional penyandang disabilitas seperti ASEAN Paragames, Asian Paragames atau Paralimpiade, penamaan cabang olahraganya ditambahkan kata “para”.
Misalnya parapanahan, parabulu tangkis, paratenis meja dan lain sebagainya.
Namun, untuk ajang Peparnas, pihak Komite Nasional Paralimpik Indonesia atau National Paralympic Committe Indonesia (NPCI) selaku induk organisasi cabang-cabang olahraga paralimpik di tanah air sudah mengeluarkan ketentuan khusus. Salah satunya terkait penyebutan nama cabang olahraga tanpa menambahkan kata “para” di depannya.
Sebaliknya, beberapa cabang olahraga disematkan kata sesuai spesifikasi pesertanya, misal judo tuna netra, sepak bola cerebral palsy, tenis lapangan kursi roda, dan bulu tangkis kursi roda. (dyt)