PERGESERAN moral dan rasa sosial di era sekarang ini, sudah sangat terasa sekali. Tak hanya kebiasaan tegur sapa yang mulai hilang, sekadar empati pun sudah jarang terlihat.
Namun apa yang dilakukan oleh organisasi 90 RB (Raya Bukittinggi), bak sebuah antitesis dari kenyataan yang ada saat ini.
Dimana organisasi alumni sebuah sekolah di Kota Bukittinggi tersebut, bahu membahu merawat rekan mereka yang bernama Abdul Haris.
Tak sekadar merawat dengan penuh kasih, saat sang teman menghembuskan nafas terakhirnya di RS Ahmad Mukhtar Bukittinggi, lebih dari separuh anggota 90 RB melepasnya dengan penuh haru.
Ketua umum 90 RB, Friencen didampingi ketua harian, Junaidi Nur mengatakan, selama setahun terakhir, seluruh anggota 90 RB, bergantian mengunjungi dan merawat almarhum.
”Alhamdulillah, kami dengan segala kekurangan yang ada, bergantian mengurus almarhum termasuk saat beliau harus menjalani cuci darah,” ujar pria yang akrab disapa Ferry itu dengan nada nyaris tak terdengar.
Ferry juga menyebutkan, meski harus kehilangan salah satu rekan terbaiknya itu, dia memastikan bahwa selama sakit hingga meninggal, almarhum Abdul Haris telah diurus secara maksimal.
”Kami semua menyayangi almarhum, namun ternyata Allah lebih menyayanginya,” imbuhnya.
Rekan almarhum lainnya bernama Alwis menambahkan, saat prosesi pemakaman almarhum Abdul Haris, sebanyak 50 dari 90 anggota 90 RB, berkesempatan hadir.
”Alhamdulillah, sebagian besar rekan rekan sesama anggota 90 RB berkesempatan datang ke pemakaman almarhum Abdul Haris yang dikebumikan di pandam perkuburan Guguak Randah, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam,” kata Alwis menjelaskan.