PADA 22 Desember 2024 mendatang, Kota Bukittinggi tepat berusia 240 tahun.
Laporan: Teddy Chaniago
Dalam rentang waktu tersebut, banyak hal yang sudah dihadirkan di Koto Rang Agam yang dulunya berupa sebuah nagari bernama Kurai.
Derap langkah dan geliat kota mungil seluas 25 km2 itu, memang semakin terasa.
Tak hanya geliat wisata yang kian lengkap, pun negeri yang diapit Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat itu telah bermetamorfosa menjadi sebuah kota modern.
Namun hingar bingar Kota Bukittinggi itu sepertinya hanya terlihat pada kemegahan bangunan saja, dan belum menghadirkan kenyamanan yang hakiki pada warganya.
“Fisik dan infrastruktur sudah, program kemasyarakatan berupa bantuan berbagai jenis sudah. Sekarang yang tinggal adalah bagaimana membuat warga Bukittinggi nyaman tinggal di Bukittinggi,” kata Wakil Walikota Bukittinggi, H Marfendi Datuak Basa Balimo.
Menurut Angku Datuak asli Kurai yang lahir pada 16 November 1963 itu, bagaimana membuat masyarakat yang tinggal dan datang ke Bukittinggi, itulah yang menjadi hal utama yang harus dilakukan pemerintah.
“Nyaman beraktivitas, nyaman berkendara, nyaman saat masuk pusat perbelanjaan serta nyaman di lingkungan tempat tinggal,” imbuh politisi Partai Keadilan Sejahtera ini menjabarkan.
Untuk menghadirkan hal itu, pemerintah kata dia, harus lebih sering mendengar dan menerima masukan dari banyak pihak.
Sebab menurutnya, apa yang disuarakan publik, kadang kala terlupa dalam pengusulan program pemerintah.
“Kita hadirkan kesejukan dan kenyamanan di Bukittinggi dengan mendengarkan masukan dari masyarakat. Karena sesungguhnya, hal ini sangat dibutuhkan masyarakat banyak,” imbuh politisi yang juga seorang mubalig ini.
Suasana yang nyaman, aman dan sejuk sebagaimana dambaan masyarakat, menurut Buya Marfendi harus diwujudkan di Kota Bukittinggi.
“Apalagi saat sekarang ini, jangan mudah terprovokasi oleh sesuatu yang belum diketahui kebenarannya,” ucapnya mengakhiri. (*)