Sabun dari Limbah Kulit Kopi ‎Ala Paninjauan

‎“Ada sekitar 36 hektar lahan yang ditanami kopi di Paninjauan. Sekarang, 18 ribu batang kopi sudah mulai berbunga dan berbuah. Ini potensi luar biasa. Kalau kita hanya menjual bijinya saja, nilai ekonominya terbatas. Tapi kalau limbahnya pun bisa dimanfaatkan, tentu akan lebih menguntungkan masyarakat,” kata Gita.

‎Ia menilai, inovasi yang dibawa UNP sejalan dengan upaya pemberdayaan petani kopi di Paninjauan. Jika kaum ibu bisa memproduksi sabun dari kulit kopi, maka akan tercipta produk turunan yang menambah nilai ekonomi.

‎Kegiatan PKM ini bukan sekadar pelatihan sehari. Tim UNP berharap, masyarakat bisa melanjutkan praktek pembuatan sabun secara mandiri. Bahkan, jika ada kelompok yang serius mengembangkan, tim UNP siap memberikan pendampingan lanjutan, termasuk strategi pemasaran dan standar produksi.

‎Ketua Tim PKM, Rika Novariza, menyebutkan bahwa misi mereka tidak hanya memperkenalkan produk, tetapi juga memberdayakan.

Baca Juga:  DPRD Tanah Datar Gelar Rapat Paripurna Dengarkan Pidato Kenegaraan Presiden RI

‎“Kami ingin masyarakat bisa berdiri sendiri. Kalau sabun ini bisa diproduksi lebih banyak dan dipasarkan, tentu akan menambah penghasilan. Kami optimis Paninjauan bisa menjadi contoh bagaimana limbah kopi diolah menjadi produk bernilai,” ujarnya.

‎Kehadiran UNP di Paninjauan juga menunjukkan pentingnya sinergi antara akademisi dan masyarakat. Ilmu pengetahuan, jika tidak turun ke lapangan, akan terasa jauh dari kehidupan sehari-hari. Namun, ketika ilmu itu diterapkan secara langsung, manfaatnya bisa dirasakan nyata.

‎Pelatihan sabun dari kulit kopi hanyalah salah satu contoh. Masih banyak potensi lokal di Paninjauan yang bisa digali dengan bantuan kampus. Mulai dari pengolahan pangan, pengemasan produk, hingga pemanfaatan teknologi sederhana untuk pertanian.

Related Posts