SALAH satu keputusan besar dan strategis yang lahir dari arena Mukernas Sapuhi IV di Kota Padang pekan lalu adalah pembangunan Masjid Raya Sapuhi.
Masjid besar berukuran 22×22 M2 tanpa tiang tengah yang merupakan simbol perjuangan agar masyarakat kembali ke masjid tersebut, nantinya dilengkapi dengan dapur,18 kamar mandi/wc serta miniatur manasik berupa Ka’bah, track Sai dan simbol air zam-zam dari mata air alami yang keluar di sudut masjid.
Masjid Raya Sapuhi, tak hanya jadi tonggak sejarah dan kebanggaan dari semua anggota Sapuhi (Syarikat Penyelengara Umroh dan Haji), pun masyarakat setempat.
Dibalik design bangunan nan megah, tentu menyeruak sebuah pertanyaan, siapa orang yang berada di belakang pembangunan dengan ide cemerlang tersebut.
Apalagi, Masjid Raya Sapuhi yang pembangunannya diperkirakan menelan anggaran sebesar Rp 2,8 miliar tersebut, berada di komplek Pondok Pesantren Kuno Tahfidzul Qur’an dan Ilmu Hadits Al Minangkabawi, Tarok City, Nagari Kapalo Hilalang, Kabupaten Padang Pariaman.