BICARA tentang persatuan, kesatuan atau kebersamaan, bak bicara tentang sebuah dongeng pengantar tidur.
Mudah diucapkan, gampang diceritakan namun teramat sulit untuk dilaksanakan.
Kebersamaan sekarang ini hanya sebatas lafas untuk mencari teman.
Moza dan Azka, dua bocah sepermainan yang masih berstatus pelajar Sekolah Dasar (SD) rasanya pantas diapresiasi dan menjadi mentor tentang kebersamaan itu.
Di bawah terik matahari, keduanya berjalan sambil mendorong sebuah sepeda yang ban depannya bocor entah disebabkan apa.
Akan tetapi sampai di bengkel tambal ban terdekat, layanan service tak bisa mereka dapati dikarenakan bengkelnya tutup.
Moza dan Azka tak kehilangan akal, keduanya langsung mempreteli roda depan sepeda yang bocor tersebut dengan meminjam alat seadanya di sebuah bengkel las.
Meski tak secepat montir di tambal ban, namun kolaborasi antara Moza dan Azka pantas diacungi jempol.
”Alhamdulillah selesai juga,” kata Moza sambil melap peluh yang mengucur dari keningnya.
”Memudahkan tukang tambal ban untuk menambalnya,” tambah Azka yang berhasil meloloskan ban dalam sepedanya menambahkan.
Moza dan Azka bukan orang besar, selebriti ataupun tokoh politik yang tengah berebut panggung dan nomor punggung.
Namun keduanya pantas diberikan podium untuk menunjukkan, bagaimana seharusnya kebersamaan itu dilakukan bukan dipertontonkan untuk sebuah tujuan.
Semoga pelajaran tentang meretas dan memupuk kebersamaan yang dilakukan Moza dan Azka bisa membuka mata kita bahwa kebersamaan sejatinya untuk dijalankan. ***