SOLOK, BACALAH – Suasana haru bercampur bangga menyelimuti Nagari Paninjauan, Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok, ketika Taman Baca Mandiri (TBM) H. Abdul Moeis dan Hj. Syamsiar mendapat kunjungan istimewa dari tim penilai Perpustakaan Nasional RI, Kamis ( 19/9).
TBM Taman Ilmu berhasil masuk nominasi 12 besar Taman Baca Mandiri Terbaik Nasional untuk Wilayah I yang mencakup seluruh Pulau Sumatra.
Visitasi ini merupakan bagian dari program nasional Perpusnas dalam menggerakkan literasi masyarakat Indonesia.
Tim penilai dipimpin oleh pegiat literasi nasional Maman Suherman, bersama Endang Tri Astuti, SE, M.Si, Arin Karlina, S.Komp., M.Sc., dan Nurul A.
Rombongan disambut meriah dengan tari pasambahan oleh anak-anak Sanggar Rawang Tikuluak, disaksikan jajaran pejabat Dinas Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, Pemerintah Kabupaten Solok, Camat X Koto Diatas, serta perangkat Nagari Paninjauan.
Para pelajar yang sehari-hari memanfaatkan TBM juga turut hadir memberikan sambutan hangat.
Dalam sambutannya, Maman Suherman tak bisa menyembunyikan kekagumannya.
“Literasi di tempat ini bukan lagi sekadar membaca, tetapi sudah menjadi ruang berkarya, pusat pelatihan, pengembangan keterampilan, dan semoga berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Kekaguman itu bukan tanpa alasan. Di pusat literasi yang tumbuh jauh dari hiruk pikuk perkotaan ini, terpajang deretan karya anak-anak Nagari Paninjauan, mulai dari tulisan, kerajinan, hingga hasil kegiatan kreatif yang lahir dari semangat membaca dan belajar.
Tidak hanya menjadi rumah pengetahuan, TBM H. Abdul Moeis dan Hj. Syamsiar juga aktif mendorong inovasi yang relevan dengan potensi lokal.
Pada Agustus 2025 lalu, TBM bekerja sama dengan Universitas Negeri Padang (UNP) menggelar pelatihan pembuatan sabun berbasis limbah kulit kopi, tanaman yang telah lama menjadi komoditas utama di Paninjauan. Pelatihan tersebut diikuti oleh puluhan ibu rumah tangga dan petani kopi.
Inisiatif ini mendapat apresiasi luas karena tidak hanya meningkatkan keterampilan masyarakat, tetapi juga memperkenalkan konsep ekonomi sirkular, di mana limbah kopi yang selama ini terbuang dapat diolah menjadi produk bernilai jual.
Dengan demikian, literasi di Paninjauan bukan hanya sebatas membaca, melainkan juga menghadirkan solusi nyata yang berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat.
“Program pelatihan ini menjadi bukti bahwa literasi bisa terhubung dengan inovasi ekonomi. Kami ingin Taman Ilmu tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga membantu masyarakat lebih berdaya,” ujar Esi Andriani Martin, pengelola TBM sekaligus aktivis Relawan Literasi Masyarakat (Relima).
Sejak didirikan tahun 2010 oleh pasangan suami istri H. Abdul Moeis dan Hj. Syamsiar bersama anak-anaknya, TBM Paninjauan telah tumbuh menjadi pusat literasi yang mandiri.
Dukungan datang tidak hanya dari masyarakat lokal, tetapi juga dari perantau Paninjauan di berbagai kota besar di Indonesia.
Mereka ikut menopang keberlangsungan TBM melalui bantuan moril dan materil.
Esi menambahkan, gerakan literasi di Paninjauan masih membutuhkan dukungan yang lebih luas, terutama dari pemerintah.
“TBM ini berdiri berkat keikhlasan dan semangat kebersamaan. Kami berharap pemerintah lebih hadir untuk memperkuat perkembangan literasi di pedesaan, agar masyarakat desa juga bisa menikmati manfaatnya,” ucapnya penuh harap.
Kunjungan tim Perpusnas ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Paninjauan.
Selain menguatkan semangat warga, pengakuan di tingkat nasional membuktikan bahwa dari sebuah nagari kecil di Solok, lahir gerakan literasi yang inklusif, inovatif, dan memberi dampak nyata bagi kehidupan sehari-hari. (*/han)