TPA Cumateh Kritis, Kabupaten Agam Hadapi Darurat Sampah

Persoalan sampah kembali menjadi sorotan utama di Kabupaten Agam. Setiap hari, lebih dari 30 ton sampah dihasilkan dari aktivitas rumah tangga hingga industri, dan mayoritasnya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cumateh. Namun kini, kondisi TPA tersebut berada di titik kritis.

Oleh : Anizur, S.H

Setelah beroperasi lebih dari 10 tahun, TPA Cumateh yang berlokasi di Nagari Persiapan Sungai Jariang, Lubuk Basung, tak lagi mampu menampung volume sampah yang terus bertambah. Bukan hanya menampung sampah dari Kabupaten Agam, TPA ini juga pernah menjadi muara bagi sampah dari Kota Bukittinggi. Akibatnya, kapasitas lahan seluas 3 hektar tersebut semakin tertekan.

Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam, Afniwirman, pernah mengingatkan sejak Februari 2024 lalu bahwa TPA Cumateh sudah terisi 65 persen. Dengan laju timbunan sekitar 30 ton per hari, ia memperkirakan usia TPA hanya bertahan hingga dua tahun. Jika dihitung mundur, kini kapasitas yang tersisa diperkirakan tinggal sekitar 8,75 persen saja. Artinya dalam enam bulan ke depan TPA Cumateh berpotensi penuh.

Baca Juga:  DPRD Sepakati Daerah Otonomi Baru Kabupaten Agam

Kondisi ini menjadi alarm bahaya. Sebab, permasalahan sampah bukan sekadar urusan estetika lingkungan. Sampah yang tak tertangani dapat menimbulkan pencemaran udara, air, hingga menimbulkan risiko kesehatan dan bencana sosial di tengah masyarakat.

“Jika TPA penuh, mau dibuang ke mana lagi sampah kita?” menjadi pertanyaan besar yang belum terjawab.

Solusi penambahan lokasi baru disebut sebagai salah satu opsi. Namun, proses penentuan lahan, penganggaran, hingga penerimaan masyarakat tentu bukan perkara mudah. Tanpa langkah cepat dan terukur, Kabupaten Agam terancam menghadapi darurat sampah yang bisa memicu masalah lebih luas.

Kini, publik menanti komitmen pemerintah daerah untuk segera mencari solusi jangka pendek maupun panjang. Sebab, membiarkan TPA Cumateh tumbang tanpa pengganti hanya akan mewariskan bom waktu bagi generasi mendatang. (*)

Related Posts