Murtiana menjelaskan baju kuruang basiba adalah pakaian adat khas perempuan Minangkabau. Baju ini longgar, panjang sampai lutut, dengan siba, kikik pada ketiak, dan leher tanpa kerah. Baju ini hampir selalu dipakai dalam kehidupan keseharian perempuan minang ataupun dalam upacara-upacara adat tradisional Minangkabau.
Baju kuruang adalah baju yang sifatnya mengurung atau menutup anggota badan seperti tangan, dada, paha dan kaki. Besarnya lengan baju untuk memudahkan Si pemakai ketika mengambil air wudu atau akan melakukan pekerjaan sehari-hari. Dalam hal ini baju kuruang basiba berfungsi religius yang melambangkan pemakainya wanita yang taat melaksanakan ajaran agama Islam.
Lebih lanjut Murtiana menjelaskan, baju kuruang basiba memiliki makna khusus pada setiap bagian. Pertama, bagian siba menggambarkan kemampuan perempuan Minangkabau menyambung dua kubu yang bertolak belakang. Kedua, bagian kikik atau daun budi berfungsi menutupi ketiak dan melindungi dari tampak malu. Pakaian ini melambangkan adat mamakai, yang berlaku siang dan malam.
Ketiga, baju berbentuk kuruang atau pengurung tubuh melindungi dan menutupi malu. Pakaian ini bersifat mengurung dan tidak menampakkan lekuk tubuh. Keempat, lengan baju dibiarkan lepas sampai pergelangan tangan, memudahkan aktivitas sehari-hari. Lengan ini mencerminkan kepatuhan terhadap aturan dan sopan santun.
Terakhir kelima, leher tanpa kerah berfungsi untuk menempatkan aksesoris yang mencerminkan kondisi keluarga. Aksesoris dipakai pada acara tertentu untuk menunjukkan status dan keadaan keluarga. (Rie)