WARGA Bukittinggi tentunya mengenal Jalan Situpo yang berada di Kelurahan Tarok Dipo, Kecamatan Guguak Panjang.
Namun demikian, dipastikan hanya segelintir warga Kota Wisata itu yang mengenal Bengkel Las Situpo yang berada persis di seberang gerbang Jalan Situpo Raya.
Ada apa dengan Bengkel Las Situpo? Secara umum, tentunya tak berbeda dengan bengkel las lainnya yang ada di kota berpenduduk hampir 135.000 jiwa itu.
Tapi tahukah kalian, jika Bengkel Las Situpo yang melayani pengerjaan pengelasan dan jasa konstruksi itu, tercatat sebagai bengkel las tertua di Nagari Rang Kurai itu.
Adalah Joharlis Kari Mahcmud yang mendirikan Bengkel Las Situpo pada tahun 1970 silam. Pegawai PT Freeport yang berada di ujung timur Indonesia ini, merasa perlu mendirikan bengkel las sebab dia tak menemukan satu pun bengkel las di kampung halamannya.
Apalagi di tempatnya bekerja di Papua sana, ada kebijakan untuk lebih memprioritaskan karyawan dari mancanegara.
Dengan cara patungan dengan saudaranya, akhirnya Bengkel Las Situpo beroperasi.
Nama Situpo sendiri, diabadikan sebagai nama bengkel karena merujuk pada sebuah Pohon Situpo atau Pohon Stupa besar yang berada persis di lokasi tersebut.
Deddi Joharlis (50) selaku penerus tongkat estafet pengelolaan Bengkel Las Situpo menyebutkan, meski berusia uzur, namun Bengkel Las Situpo tetap mampu mengepulkan asap dapur.
”Alhamdulillah, pelanggan Bengkel Las Situpo tetap bertambah dari waktu ke waktu,” ujar Deddi bercerita.
Bengkel las yang di masa jayanya sempat memiliki 30 orang karyawan itu, saat ini tetap beroperasi sesuai dengan trend zaman.
Meski saat ini bengkel las menjamur bak cendawan tumbuh di musim hujan, Deddi Joharlis tetap optimis, Bengkel Las Situpo tetap jadi pilihan.
”Kami mengedepankan kualitas dengan bumbu kekeluargaan, sehingga kami tak takut dengan serbuan bengkel las lainnya yang hadir dengan kelengkapan sarana prasarana penunjangnya,” imbuhnya serius.
Apa yang diutarakan Deddi yang juga dikenal sebagai tokoh muda yang cukup punya nama di Bukittinggi ini, tak sekadar isapan jempol.
Puluhan rangka baja untuk berbagai keperluan, menunggu sentuhan tangan ayah empat orang anak ini. ***