Ransom Ware, Siapa Berani Lawan?

Peluang bisnis ransom ware semakin mengiurkan dalam era digital. Bahkan Korea Utara, sejak mengalami sangsi pemboikotan oleh negara negara barat, mereka merespon dengan membangun pasukan yang dinamakan cyber warrior. Miri Collegge dan Kim Il Sung Military University melatih 1000 cyber warriors setiap tahun. Pada umumnya mereka menyerang perusahaan besar dan UKM serta organisasi penting di Korea Selatan.

Menurut Intelijen Korea Selatan, pengeluaran mereka untuk membayar ransom ware di tahun 2020 sebesar US$1,8 billion (kurang lebih Rp30 triliun), meningkat 18 kali lipat dalam 5 tahun. Menurut Komite Pemberian Sangsi terhadap Korea Utara di PBB, penghasilan Korea Utara dari ransom ware mencapai US$316 juta per tahun. Jumlah ini tidak dapat diverifikasi karena membutuhkan kerja sama dengan China (Sumber Nikei Asia research).

Peningkatan serangan bajak internet juga terjadi di Inggris. Lebih dari 2,3 juta serangan terjadi di Inggris ditahun 2023. Perusahaan perusahaan konglomerat dunia juga pernah menjadi korban ransomware, diantaranya adalah; Pabrikan mobil Honda dari Jepang yang mengakibatkan operasi pabrik mereka di Ohio dan Brazil tutup selama 3 hari, selain itu operasi pabrik mobil Honda dibeberapa negara yaitu Jepang, Turki, Itali dan Inggris juga mengalami gangguan.

Baca Juga:  Wako Erman Safar Dukung Ririn Putri Arta di Ajang Duta Genre Tingkat Nasional

Di tahun 2020, Picanol, perusahaan weaving machine maker dari Belgia harus menghentikan operasi nya di China dan Eropa, Di Australia, bahkan perusahaan besar produksi baja Blue Scope juga pernah kena serangan ransomware. Fresenius perusahaan besar operator rumah sakit terkemuka di Eropa mengalami serangan bajak internet yang mengganggu pelayanan cuci darah terhadap pasien pasien di rumah sakit!

Related Posts